Kisah Nabi Yang Bisa Hidup Kembali Sampai 100 Kali

Begitu geramnya ia kepada Nabi Jirjis sehingga akhirnya sang raja memerintahkan kepada pengawalnya untuk menyiksa Nabi Jirjis.

Dalam sebuah kitab dikisahkan, pada zaman dahulu hidup seorang raja penyembah berhala bernama Darriyan. Dia terkenal sangat zalim. Seluruh rakyat diperintahkannya agar menyembah patung-patung miliknya, dan yang tidak tunduk akan di siksa dan dilemparkan ke dalam api besar yang telah disediakan. Banyak rakyat jelata yang mati di tangannya.

Kepada raja durjana itu kemudian Allah mengutus seorang Nabi-Nya yang bernama Jirjis bin Qulthin, atau yang kemudian dikenal dengan nama Nabi Jirjis saja. Ia ditugaskan untuk membasmi angkara murka yang dilakukan Raja Darriyan dan menyebarkan ajaran Tuhan kepada kaum itu.


Nabi Jirjis as hidup 100 kali

Suatu Ketika terjadilah pertemuan antara Nabi Jirjis dengan Raja Darriyan yang kejam itu, Lalu terjadilah dialog di antara mereka.

"Wahai Raja Darriyan, Mengapa Anda tunduk menyembah kepada berhala yang tidak dapat mendengar, melihat, dan tak dapat memberi kekayaan kepadamu?" tanya Nabi Jirjis dengan suara yang tenang.

"Sesungguhnya harta dan tahta kerajaan, serta seluruh kenikmatan kemegahan ini, ku dapat semenjak aku menyembah kepada berhala-berhala sesembahanku. Dan aku tidak melihat kesenangan pada dirimu sebagai hasil penyembahanmu kepada Tuhan yang engkau agung-agungkan itu, Jirjis" Jawab Raja Darriyan.


"Sebenarnya segala kenikmatan dan kesenangan duniawi akan hilang musnah dan sirna. Sedangkan kenikmatan akhirat yang Allah anugerahkan kepadaku yang akan abadi," sahut Nabi Jirjis As mencoba menyadarkan sang raja.


Selanjutnya terjadilah debat yang sangat sengit di antara keduanya. Karena merasa terdesak, hal ini membangkitkan emosi sang raja. Begitu geramnya ia kepada Nabi Jirjis sehingga akhirnya sang raja memerintahkan kepada pengawalnya untuk menyiksa Nabi Jirjis. Utusan Allah itu disiram dengan air yang mendidih yang dicampuri dedaunan, sehingga kulit tubuhnya rontok. Kemudian, dagingnya diiris-iris dengan pisau yang sangat tajam, hingga nampak tulang belulangnya dan Nabi Jirjis pun Meninggal. Namun atas perkenaan-Nya setelah itu Allah SWT menghidupkannya kebali dengan bentuk semakin rupawan dari bentuk yang sebelumnya.


Melihat kejadian yang aneh ini, sang raja menyuruh pengawalnya membawa enam buah pasak besi. Diikatnya kedua kaki Nabi Jirjis dan direntangkan, lalu keenam pasak ditancapkan pada tubuhnya. Jirjis pun kembali gugur dengan sangat mengenaskan. Tetapi Allah SWT mengutus Jibril untuk mencabuti pasak dari tubuh sang Nabi. Atas kehendak Allah Jirjis pun hidup kembali.


"Wahai yang Raja Darriyan Yang dzalim, katakanlah, Bahwa tiada Tuhan selain Allah!" teriak Nabi Jirjis kepada Darriyan.


Raja Darriyan semakin marah. Ia memerintahkan kepada para pembantunya agar Jirjis dilemparkan ke dalam sebuah belanga besar yang airnya sangat bergejolak. Tubuh Nabi jirjis pun direbus dalam belanga itu. Namun atas izin Allah, lagi-lagi Jirjis dapat hidup kembali.


Demikianlah, sang raja zalim itu menyiksa Jirjis dngan siksaan yang beragam dan berulang-ulang sampai tujuh puluh kali, bahkan menurut sebagian kitab hingga seratus kali. Tetapi setiap disiksa dan mati, setiap kali pula Jirjis selamat dan tetap hidup berkat kodrat Allah Subhanahu wa ta'ala.


Setelah kewalahan dan kehabisan cara, raja zalim itu berkata merayu, "Jirjis, jika kau mentaatiku, aku akan mentaatimu. Sembahlah berhalaku sekali saja, nanti aku akan menyembah Tuhanmu. Bagaimana?"


Lama Jirjis tak menyahut, sampai-sampai ada seorang lelaki yang menyangka sang Nabi akan menerima tawarannya itu.


"Aku telah berkali-kali menyiksamu dengan beragam siksaan. Kini marilah ke rumah untuk melepaskan keletihanmu malam ini," sambung Darriyan. Jirjis mengikuti langkah sang raja menuju rumah. Namun bukan untuk memenuhi perintah atau menyembah berhala, melainkan dalam rangka untuk mencari jalan untuk meng-Islamkannya.


Di rumah raja Darriyan, semalam suntuk Nabi Jirjis menunaikan shalat dan membaca kitab Zabur dan Injil. Bacaannya malam itu meresap ke kalbu sang permaisuri. Isteri Darriyan itu menangis, kemudian secara diam-diam menyatakan masuk Islam.


Pada pagi harinya, sang raja sekali lagi menyuruh Nabi Jirjis sujud kepada berhala miliknya. Tapi Jirjis menolaknya dengan keras. Akhirnya ia dibawa ke sebuah gubuk milik seorang nenek pikun yang tinggal bersama putranya yang buta, tuli, dan bisu. Di situ Jirjis dipenjara tanpa diberi makan dan minum.


Suatu hari, ketika merasa lapar, Jirjis berdoa kepada Allah SWT. Dengan kehendak Allah, tiba-tiba sebatang kayu tiang rumah itu tumbuh, menghijau dan berbuah. Menyaksikan hal yang sangat manakjubkan itu, si nenek memohon kepada Jirjis agar mendoakan putranya supaya sembuh dari sakit yang selama ini dideritanya. Jirjis pun mengabulkan permohonan tersebut.


"Nak, pergilah ke tempat berhala-berhala raja. Sampaikan kepada mereka bahwa Jirjis mengundang mereka," kata Jirjis kepada anak si nenek yang sudah sembuh dari penyakitnya dan masuk Islam itu.


Sang anak berangkat, Setelah sampai, ia menyampaikan undangan Jirjis kepada tujuh puluh buah patung. Dengan kodrat Allah, serentak patung-patung itu mencabut diri dari tempatnya dan berjalan menuju tempat Nabi Jirjis tinggal.


Sesampainya di halaman rumah si nenek, Nabi Jirjis memberi isyarat kepada bumi dengan menjejakkan kakinya. Bumi terbelah menelan semua berhala milik Darriyan. Sang permaisuri raja yang menyaksikan kejadian luar biasa itu, tampil di atas panggung istana dan berkata, "Wahai Rakyat negeriku, sayangilah jiwamu, Segeralah kalian masuk Islam. Percayalah, Jirjis adalah seorang Nabi yang diutus Tuhan untuk kita Semua."


"Sebenarnya, Telah banyak hal mukjizat atau keajaiban aku Saksikan semenjak Tujuh Puluh Tahun, akan Tetapi Hatiku tak pernah Mau Ikut Seruan Nabi Jirjis. Lalu mengapa engkau Ikut Menyembah Tuhannya Jarjis hanya karena melihat satu mukjizat saja, wahai isteriku?" kata sang Raja seraya menatap marah isterinya.


"Yang demikian itu semata-mata karena kedurjanaan dan kedzalimanmu. Itulah kemalanganmu. Sedangkan bagiku, ini adalah merupakan keberuntunganku," jawab sang permaisuri. Akhirnya sang permaisuri dibunuh sang raja dengan cara yang sangat tidak berperikemanusiaan.


Menyaksikan tragedi itu, Jirjis lalu berdoa kepada Allah, "Ya Illahi, tujuh puluh tahun hamba menanggung siksaan kaum kafir, sehingga hamba kehilangan daya. Maka anugerahilah hamba mati syahid."


Seusai berdoa, ia melihat nyala api turun dari langit kepada pengikut raja. Bersamaan dengan itu, serempak mereka, orang-orang kafir itu, mengangkat pedang membuhuh Nabi Jirjis As. Tetapi orang-orang kafir itu pun, termasuk Darriyan, tak lama kemudian mati semua ditelan api.

 

Posting Komentar