Buat yang merasa pernah jadi orang Tebet, tulisan di bawah ini menarik untuk disimak, meskipun bahasanya rada amburadul tapi cukup membangkitkan kenangan akan Tebet. sayangnya nama penulisnya tidak diketahui, bagi yang ingin menambahkan silakan ya.
TEBET
Suatu daerah di Jakarta Selatan, berbatasan dengan Kebon Baru Asem Baris hanya dipisah rel kereta api. Tebet itu terbagi menjadi:
- Tebet Timur
- Tebet Utara
- Tebet Dalam
- Tebet Barat
Tebet juga adalah daerah pindahan gusuran dari Senayan yang kala itu kawasan Senayan dipersiapkan untuk Asian Games, maka selain Betawi asli Tebet ada istilah Betawi Senayan yang hijrah ke Tebet
Nama-nama jalan H Asbah, Krambat, Bedeng, Usdek, Kramika, Tawes, Pedok ini nama jalan lama/daerah di Tebet. sedangkan nama-nama jln. Petunduhan, Gelora, Mandala, Nefo ini nama-nama jalan yg di bawa oleh gusuran Senayan.
Setelah seluruh jalan di Tebet di aspal nama-nama jalan tersebut mulai berganti menjadi jln.Tebet Timur Raya Tebet Barat Raya dll. Istilah daerah Perdapa pun ikut berganti nama menjadi Tebet Dalam (sekolah 17 Agustus) Jln. Tebet Timur Dalam belakang sekolah Muhamadiyah dulu namanya H Asbah sedangkan di Tebet Barat belakang Sekolah Dewi Sartika dulu di kenal dengan nama Gelora dan Petunduhan. Termasuk Mesjid Muhamadiyah juga adalah wakaf dari pindahan Betawi Senayan.
Tebet Timur dan Tebet Barat dipisah oleh kali kecil yang dimulai dari Jl. MT Haryono pabrik sabun Dino hingga sampai Lapangan Ros Raya atau sekarang disebut Jalan Casablanca dan Sepanjang kali itu dinamakan jalur hijau.
Pada Tahun 1960 pertama masuk Jakarta semua pendatang membuat kapling-kapling liar di atas tanah tersebut, tanpa ada surat sama sekali (hanya orang tua saya diantara teman-temannya yang tidak tertarik melakukan hal itu, ada temannya yang mematok sangat
luas. Yang sekarang menjadi soto gebrak di Tebet Utara Lapangan Ros, sekarang di tempati anaknya dan bisa menikmati uang dari kontrakan tempat usaha, orang tua saya membeli sebidang tanah kecil saja dengan cara mencicil dengan pemilik kontrakan yang
sudah butuh uang untuk perkawinan anaknya. Sehingga pas lunas tanah tersebut menjadi milik kami dan tidak mengontrak lagi).
Masing-masing wilayah punya pasar buat kebutuhan sehari hari. Di Tebet Timur dinamakan Pasar PSPT karena letaknya di dekat lapangan Bola dimana Persatuan Sepakbola Putra Tebet latihan sehari-harinya. Di Tebet Barat pun ada, Tebet Utara dinamakan Pasar Darurat, semua itu pasar tradisional, kalau hujan sudah pasti becek. Kecamatan Tebet itu sangatlah luas.
Dari Kebon Baru, Asem Baris, Kmp Melayu, sepanjang sisi kali Ciliwung. Satu sisi untuk wilayah Tebet dari jembatan Kali Ciliwung MT. Haryono hingga sisi kali Ciliwung di pintu air Manggarai itu masuk kecamatan Tebet, kalau sisi Ciliwung di seberang Tebet masuk wilayah Jakarta Timur. Daerah perkantoran di Menteng Atas, Menteng Dalam, hingga dekat Kuningan masuk Kecamatan Tebet.
Tempat kuliner tahun 1980an yang terkenal di Tebet, ada Warung Jogya spesialis jualan Gudeg di Tebet Barat juga Bakmi Makmur Jaya dengan si Joni yang siap melayani pesanan Goh Yongnya dan Mie Sabang di pasar PSPT yang terkenal dengan Swikenya, dan di dekat pasar PSPT banyak kuliner legendaris (soto mie bang Ali, sate sop bang Apud, Susu Suke) semua pemiliknya sudah almarhum semua.
Ada juga makanan asli Betawi Nasi Uduk bang Encim di Tebet Barat, di Tebet Timur ada Nasi Uduk bang Ucup dengan Dendeng Kerbaunya, gado-gado mpok Bibe, bang Cali yang terkenal dengan Es Campur dan Es Alpukatnya yang sangat lezato letaknya di belakang SD Bedeng (sekarang Tebet Timur Dalam IX).
Toko kue Mayvel dan Roti Bogoriana (sekarang Larisia) juga termasuk orang lama di Tebet Timur. Di Tebet Barat mie ayam Surya, mie ayam yang Gaya Baru, Tebet Timur ada mie Berdikari dan mie Senjaya.
Tebet adalah pencetak artis terbanyak. Dari pemain film, musisi, pembalap hingga birokrat dan politikus, ABG tahun 1980an pasti mengenal Dian PP, Dedi Dukun, Grashuis, Rano Karno, Marissa Haque, Indra Lesmana, Oma Irama dan masih banyak yang tidak bisa disebut satu persatu disini.
Sekarang Tebet menjadi tempat hijrah para pendatang yang mengadu nasib di Jakarta mereka kontrak atau kost.
Tebet juga tak luput dari geng-geng anak muda pada masanya, sebut saja Warlok, TBC, (Tebet Boys Club), Mount Jack, Disco Al Cooper. Nama² yang akrab dengan keributan seperti Timbang Tampubolon, Djoni Pedok, Lagut, Ntoy, Otto, si Ang, Pepen, Arman juga bagian dari sejarah Tebet. Juga ada Polisi istilah dulu Tekab yg sangat di takuti di kalangan anak-anak nakal Tebet, namanya Bang De.
Baru pada tahun 1980an hadir Gelael yang duet dengan Kentucky di Persojo Tebet Barat, dan hadir juga di Kejaksaan Tebet Barat sekitar pabrik sepatu Wimo.
Penduduk asli mulai terpinggirkan karena para pendatang mulai taruh uang di atas meja yang bertumpuk tumpuk membuat dengkul gemetar, akhirnya lepaslah tanah tumpah darah ke tangan pendatang, mereka pindah ke pinggiran, Citayam, Bojong Gede hingga ke Bogor.
Sekolah yang mencetak anak bangsa adalah SMAN 8, 37 (8 filial), 26, ada 3 sekolah SMA Negeri. Untuk SMP ada 73, 115 (73 filial), 3, hingga SMPN 15. Sekolah swasta cukup banyak, Dewi Sartika, Asisi, 17 Agustus, Muhamadiyah, Atahiriyah, Asafiyah.
Harga tanah menjadi berkali lipat karena Tebet terkepung apartemen yg menjulang tinggi. Dan menjadi bagian dari segitiga emas di Jakarta. Tempat peristirahatan terakhirpun ada di Tebet. Menteng Pulo dan Warung Pedok, depan bioskop Wira, Viva, kedua bioskop ini di Tebet yang jadi andalan kami sebagai ABG 1980an dengan celengan semarnya.
Demikian cerita yg seadanya soal Tebet. Jangan lupa yang masa kecilnya suka main di Empang kecil seputar Rawabilal dan Jalur Hijau tempat cari Ikan Cupang dan Capung adalah generasi yg sangat bahagia di muka bumi ini.